Mungkin ada yang bilang : “ Saya kesulitan kalo’ disuruh
ngisi forum, grogi ngomong di depan orang banyak, buat tulisan saja lah “
Atau sebaliknya : “ Saya ngomong langsung saja ya, mbulet
kalo lewat tulisan, malah tidak fokus “
Faktanya memang seperti itu. Ada yang begitu lihai
menyampaikan ide lewat tulisan tapi tidak lancar menyampaikan lewat bahasa
lisan. Ada pula yang lihai bersilat lidah namun ketika membuat tulisan alurnya
acak-acakan.
Terkadang fakta tersebut dijadikan dalih untuk memaklumi
diri. Tidak semua pandai ngomong, tidak semua pandai menulis.
Okelah kalo begitu... yang penting ketika Allah masih
mengaruniakan suara, ketika Allah masih memberi jari-jemari atau bagian tubuh
yang bisa digunakan untuk menulis jangan pernah bilang ga bisa ngomong, ga bisa
nulis....
Bagi saya menulis dan berbicara tidaklah jauh berbeda,
sama-sama bertujuan menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Kualitas tulisan
atau perkataan tergantung apa yang disampaikan. Sekadar tulisan atau perkataan
santai, guyon tanpa makna atau sesuatu yang bermuatan ide baik ide haq maupun
ide batil.
Jadi, jika bisa ngomong mengapa tidak bisa membuat tulisan ?
Sama halnya dengan berbicara, tulisan adalah rangkaian kata
yang menjadi pandangan penulis. Tulisan yang dibuat bisa dikatakan sebagai
cerminan pemikiran / aqliyah seseorang. Maka tulisan belum bisa dikatakan sebagai
cerminan seseorang, apalagi kepribadiannya. Karena kepribadian seseorang akan
bisa dinilai jika diketahui pola pikir (aqliyah ) dan pola sikapnya (nafsiyah ).
Menulis tentulah tidak hanya butuh bondho nekat atau modal
dengkul. Menulis membutuhkan ilmu, baik ilmu menulis maupun ilmu terkait apa
yang akan ditulis. Sama halnya ketika berbicara, harus mikir dulu apa yang akan
diomongkan, tidak asal njeplak... maka ketika kita menulis bisa dikatakan kita
juga telah melalui proses belajar mencari ilmu sebagai modal menulis. Agar
proses belajar tersebut hasilnya tetap bertahan akan lebih baik lagi jika kita
buat dalam bentuk tulisan, tentu saja sesuai dengan apa yang kita pahami. Karena dengan menulis kita bisa mengikat
ilmu...
Karena menulis tidak jauh berbeda dengan berbicara, maka
konsekuensinya pun juga tidak jauh berbeda.
Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. Ash
Shaff [61] : 2-3)
Tulisan kita akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana
perkataan kita. He..he...tidak bermaksud menakut-nakuti, biar terpacu untuk
membuat tulisan berkualitas. Sama halnya ketika berbicara dengan orang,
interaksikan ide berkualitas, ide yang membuat umat bangkit dengan ideologi
Islam, ide yang membuat manusia rindu diterapkan syari’ah di bawah naungan
khilafah, ide yang membuat manusia rindu ridho Allah SWT. Begitu juga harusnya
dengan tulisan kita.
Tapi, tetap segala sesuatu memang terkadang harus dimulai
dari yang mudah, dari yang ringan, dari yang kita bisa. Sekali lagi
terkadang...bukan selalu...
So, never ending improvement...
Katakanlah: "Kalau sekiranya
lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula)(QS. Al Kahfi [18] : 109)
No comments:
Post a Comment