Sejarah
membuktikan perubahan selalu dipelopori oleh kalangan intelektual. Islam jaya
karena jasa Rasulullah yang berhasil mencetak generasi sahabat dengan daya
pikir dan daya juang yang tinggi. Eropa lepas dari masa kegelapan karena
kegigihan kaum cendekiawannya. Begitu juga dengan negeri ini. Kebangkitan
nasional dipelopori kaum terpelajar, tumbangnya orde baru, orde lama serta
reformasi juga tidak bisa dilepaskan dari peran intelektual. Karena memang
selayaknya kalangan intelektual selalu mempunyai posisi terhormat dalam
mewujudkan perubahan, intelektual adalah pendobrak kebangkitan peradaban. Namun
sebuah fakta yang menyayat hati, keberadaan intelektual saat ini belum bisa
memberikan sumbangsih untuk mewujudkan perubahan yang berarti di negeri ini. Setiap
tahun sekolah meluluskan pelajar, perguruan tinggi meluluskan mahasiswa S1
sampai S3, bahkan para penyandang gelar profesor juga selalu ada. Akan tetapi
seolah peran para intelektual tidak begitu optimal, terbukti dengan tidak
berubahnya kondisi negeri ini. Indonesia masih saja terjajah secara ekonomi,
sumber daya alam dikeruk asing. Rakyat masih saja belum sejahtera. Dan parahnya
lagi, korupsi yang semakin hari semakin
merajalela pelakunya berasal dari kalangan intelektual.
Kegagalan Pendidikan Kapitalis
Minimnya
peran intelektual tidak bisa dilepaskan dari proses pembentukannya yaitu proses
pendidikan. Dan proses pendidikan sangat berkaitan erat dengan sistem
pendidikan. Fakta yang begitu nyata, dunia pendidikan saat ini disetir
kapitalis. Pendidikan bermotif bisnis untuk meraih keuntungan materi
sebanyak-banyaknya yang memang ciri dari ideologi kapitalis, selalu berpijak
pada asas manfaat dengan menghalalkan segala cara. Maka output pendidikan pun
juga sangat kental dengan ide-ide kapitalis. Sekolah atau kuliah dengan tujuan
utama mencari kerja, tercetaklah lulusan bermental pekerja. Menuntut ilmu
dengan prinsip sekuler mengabaikan aturan agama, melahirkan generasi pintar
secara intelektual namun rapuh kepribadiannya. Muncullah pelajar yang biasa
dengan pergaulan bebas, mahasiswa minim prestasi dan pegawai yang begitu mudah
tergiur indahnya dunia.
Tidak
lagi mempedulikan prestasi apa yang akan diukir, kreasi apa yang akan dibuat
dan inovasi apa yang dilahirkan demi kemajuan peradaban bangsa. Kaum intelektual
terjebak pada pragmatisme. Kapitalisasi pendidikan mengakibatkan mahalnya biaya
pendidikan, sehingga yang terpikir dalam benak adalah bisa lulus untuk
mengembalikan modal dan berjuang bertahan hidup di tengah sulitnya keadaan.
Akhirnya, intelektual pun mandul. Penemuan-penemuan sangat sedikit, penelitian
hanya untuk menghabiskan anggaran, karya tulis dibuat hanya untuk menaikkan
pangkat. Jadilah negeri ini semakin tergantung pada Barat. Tak berkutik ketika
berbicara teknologi, kalah bersaing dalam hal
produk dan semakin terseret sebagai konsumen miskin.
Tak hanya
terjebak pada bisnis pendidikan, pemikiran intelektual juga semakin terwarnai
oleh ide-ide kapitalis sekuler yang mengagungkan kebebasan. Intelektual yang
seharusnya menjadi motor perubahan mewujudkan peradaban mulia malah
semakinmenjurumuskan generasi ke lembah nista. Ilmu yang tidak dikaitkan dengan
syari’ah akibat ide sekuler hanya mencetak intelektual penghina ajaran agama.
Kajian ilmiah menggugat hukum Allah bukanlah hal yang tabu. Dukungan terhadap
kebebasan berekspresi, berpendapat, berkeyakinan dan kepemilikan pun semakin
menguat.
Demikianlah
buah pendidikan kapitalis, hanya melahirkan generasi pembebek, generasi rusak
dan manusia individualis yang tidak peduli dengan kewajiban untuk terikat pada
hukum syara’ secara sempurna.
Sistem Islam Mencetak Intelektual Cerdas Bertaqwa
Dalam Islam,
pendidikan adalah kebutuhan primer bagi seluruh rakyat, bagian dari pelayanan umum
dan kemaslahatan hidup terpenting serta kebutuhan asasi yang harus dikecap oleh setiap manusia. Pendidikan
diselenggarakan dengan biaya sangat murah bahkan gratis sehingga bisa dinikmati
seluruh rakyat. Tujuan pendidikan bukan dalam rangka bisnis melainkan untuk
membentuk manusia yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, serta menguasai sains-teknologi. Maka tak heran, dengan sistem pendidikan Islam lahirlah generasi
cemerlang. Generasi hebat para
pemimpin-panglima perang-mujahid , para faqih fiddin-mujtahid-ulama , ilmuwan sains-teknologi yang mampu membangun peradaban yang gemilang,
penemu-penemu di berbagai bidang yang diakui dan diadopsi barat untuk
kebangkitan Eropa.
Para imam madzhab dengan hasil ijtihad
yang luar biasa sekaliber Imam Syafi’i dan imam madzhab lainnya, para perawi
hadits yang mempunyai daya ingat tajam dan hafalan melimpah semisal Imam
Bukhari, Imam Muslim dan lainnya, Sholahuddin
Al Ayubi dan Muhammad A Fatih para mujahid mulia. Di bidang astronomi ada Al-Khawārizmi,
Ibn Jābir Al-Battāni , Abu Rayhān al-Biruni , serta Nāsir al-Dīn al-Tūsi. Ibn
Al-Haytsam pakar fisika, Jābir ibn Hayyān dan Abu Bakr Zakariya al-Rāzi pakar
kimia. Al-Kindi yang pertama kali mendemonstrasikan penggunaan ilmu hitung dan
matematika dalam dunia medis dan farmakologi. Atau juga Al-Rāzi yang menemukan
penyakit cacar (smallpox), Al-Khawarizmi, Ibn Sina dan lain-lain yang berjasa
dalam pengembangan dunia kesehatan. Dengan prestasi yang gemilang mereka
memajukan peradaban dunia melalui.
Dan satu hal
yang tidak bisa dipungkiri, keberadaan generasi luar biasa tersebut tidak
terlepas dari proses pendidikan yang mereka terima. Yaitu sistem pendidikan
Islam. Dan sistem pendidikan Islam akan berhasil
jika berintegrasi dengan sistem lain seperti sistem politik, hukum, ekonomi dan
lain-lain yang juga berdasarkan Islam dengan khilafah sebagai institusi
utamanya . Maka menjadi kebutuhan sekaligus kewajiban bagi umat Islam, ketika
menginginkan tercetaknya generasi cemerlang dan intelektual pendobrak
kebangkitan peradaban yang harus dilakukan adalah dengan mewujudkan kembali
khilafah. Dan tentu saja perjuangan menegakkan khilafah juga sangat membutuhkan
peran intelektual, intelektual muslim yang rindu tegaknya sistem Islam.
Dengan
demikian perubahan hakiki akan terjadi jika para intelektual muslim menjadikan
akidah Islam sebagai landasan, menjadikan hukum Islam sebagai pijakan.
Menjadikan pemikiran Islam untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan.
No comments:
Post a Comment