Wednesday 20 July 2016

Islam Kaffah Tidak dengan Demokrasi, Hanya dengan Khilafah (Masih Tentang Ikan dan Air)


Akhirnya menggunakan saluran pipa yang memang lumayan rumit. Alhamdulillah, akhirnya kolam kecil terisi. Sengaja mengisi lebih dari setengah biar jeda mengisi lagi agak lama. Keesokan harinya ngecek, lha kok airnya habis lagi, sisa ikan yang belum dipindahkan ada yang mati dan ada yang menggelepar hampir mati. Pasti ada yang tidak beres. Dengan pengamatan yang seksama akhirnya menemukan, kolamnya bocor. Karena kolam bawah, otomatis air merembes ke tanah. Ya wajar meski diisi ya surut lagi. Selama akar masalah tidak diatasi ya ga bakalan beres. Akhirnya membiarkan saja, dan ikan yang tersisa akhirnya mati semua. Ya sudah.

Pentingnya mencari akar masalah dan menyelesaikan masalah hingga ke akarnya.

Begitu pula dengan kondisi umat Islam saat ini. Mengalami berbagai masalah, semua bidang dan semua lini tak henti dirundung masalah. Sudah jelas peringatan dari Allah, kerusakan di bumi karena ulah manusia, kesempitan hidup karena berpaling dari syariatNya. Apalagi di negeri ini yang mendewakan demokrasi. Demokrasi yang memberikan kedaulatan membuat hukum di tangan manusia jelas menduakan syariat Allah. Demokrasi yang berlindung di balik suara rakyat tidak akan pernah memberi kesempatan penerapan Islam kaffah meski rakyat menghendaki. Karena demokrasi adalah penjaga kapitalisme sekuler, yang tak akan pernah mengijinkan aturan Allah diterapkan secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Demokrasi hanya akan menjadi jalan utopis menuju Islam kaffah. Selama demokrasi dan ideology kapitalisme masih dijadikan sandaran dalam perubahan, umat Islam akan terus terpuruk, karena memang akar masalah dari penderitaan umat adalah karena mereka hidup dalam cengkeraman kapitalisme. Umat manusia selayaknya hidup dalam system yang terbaik buatan al Khalik. 

Tahapan dakwah menuju tegaknya Khilafah : Tahapan Dakwah Menegakkan Khilafah
Pare, 19 Juli 2016

Islam Tanpa Syariah dan Khilafah, Seperti Ikan Tanpa Air


Hujan mengguyur sepanjang malam Minggu hingga seharian. Hanya bersela mendung dan gerimis. 

Kolam ikan masih dalam batas aman, tidak sampai meluber. Dan menganggap semua kolam dalam batas aman, belum perlu nambah air, namun ternyata ada satu kolam yang airnya hampir habis, dihuni sebagian ikan mujair besar dan sebagian lagi ikan kecil. Yang kecil masih bisa bertahan, apa daya yang berukuran lebih besar mati. Dan mati pun tidak cukup menghentikan “penderitaan”, berpindah ke kolam lele induk. Berganti tempat, untuk selanjutnya terkoyak dan dimangsa lele besar. Empat hari tanpa perhatian, terabaikan. 

Memang kolam berukuran kecil dan letakknya di bawah, kolam tanah makanya air lebih mudah terserap dan habis. Mujair juga tipe ikan yang tahan tanpa makanan, seharian tidak dikasih makan juga masih bertahan hidup, tapi semua ikan bisa dipastikan tidak bertahan tanpa air. Memang ada pipa saluran, tapi tidak termanfaatkan. Hanya menambah air secara manual tradisional. Dan ketika diabaikan lama-kelamaan pasti mati juga.

Tidak jauh berbeda, seorang muslim seharusnya hidup dalam masyarakat Islam, dalam masyarakat yang menerapkan sistem Islam, karena itulah yang seharusnya. Sudah bersyahadat, sudah mengikrarkan rukun Iman dan Islam maka seharusnya juga hidup dalam masyarakat yang sesuai dengan aturan aqidah Islam. Banyak ayat dan hadits yang mengingatkan serta mengajak umat Islam untuk menerapkan hukum Allah, untuk memutuskan semua perkara berdasarkan Al Quran dan Hadits, mencari ijma’ sahabat dan menggali hukum melalui ijtihad. Bukan malah menyerahkan pada manusia, atas nama demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat membuat hukum tandingan mengabaikan aturan Tuhan.

Seharusnya umat Islam hidup menerapkan syariat, dan untuk menerapkan syariat secara menyeluruh tidak mungkin mengandalkan demokrasi kapitalis, mengagungkan kebebasan tapi tidak membebaskan umat Islam menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Umat Islam hanya akan bisa menerapkan syariat kaffah dalam sistem khilafah rasyidah. 

Membiarkan umat Islam terus hidup dalam sistem batil sama saja dengan mengantarkan umat pada kematian, meski perlahan dan terkadang tak merasakan namun akhirnya sangat menyakitkan. Umat terus menjadi mangsa pemilik modal, penjajah rakus dan menjadi bulan-bulanan kaki tangan pengusung ideologi sesat kapitalisme. Umat semakin sibuk dengan urusan bertahan hidup di dunia, menjadikan dunia segalanya dan sedikitpun tak terbersit berpikir tentang ketaatan pada Allah dan kehidupan kekal di akhirat. 

Mengajak umat untuk menerapkan Islam dan mengembalikan khilafah rasyidah ‘ala minhajinnubuwwah adalah upaya untuk mengembalikan bagaimana seharusnya umat Islam hidup sesuai dengan tujuan penciptaan manusia. 

Mengajak mengkaji Islam melalui pembinaan berjamaah, pembinaan intensif, berinteraksi dengan masyarakat. Mengajak para tokoh, menjalin ukhuwah islamiyah. Membongkar makar penjajah dan kaki tangannya. Tidak membiarkan negeri ini semakin hancur karena kerakusan manusia tanpa iman dan takwa. 

Mengajak untuk menegakkan khilafah, melanjutkan kehidupan Islam adalah sebuah keharusan, agar umat tidak semakin menderita, agar umat tidak semakin jauh dari aturan Islam. Agar janji Allah Islam  menjadi rahmatan lil’alamin terwujud.

Pare, 23 Juni 2016