Friday 29 January 2016

Banyak Benda Banyak Biaya





Pernah ada yang mengeluh, uang belanjanya berkurang, infak  dan sedekah terasa berat karena mobil suami servis habis biaya banyak. Enteng nanggepi : “Ya, sudah ga usah punya mobil saja biar ga keluar uang servis mobil”. Eee  ga terima dengan usulan saya.

Semakin bertambah pendapatan semakin bertambah pula pengeluaran. Semakin punya banyak benda semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan. Terkadang tak merasa
Karena punya motor maka siap dengan biaya bensin, biaya servis, tambal ban bocor, pajak tahunan, ganti onderdil, lecet sedikit beli ini itu untuk menutupinya.
Karena jumlah baju bertambah perlu tambahan tempat, beli almari baru. Karena persediaan baju bertambah cenderung ambil pakai, ambil pakai tanpa sadar baju kotor menumpuk. Capek nyuci setrika sendiri akhirnya ke laundry. Tambah biaya
Karena punya smartphone ada tambahan biaya beli pulsa internet, punya sosmed, kerjaannya berlseluncur di akun teman apalagi incaran, penasaran update statusnya teman. Tambah biaya cari aplikasi ini itu. Belum lagi dengan aksesorisnya
Punya sepatu lebih dari satu bingung beli tempat sepatu ekstra, soalnya satu keluarga juga punya lebih dari satu. Belum lagi koleksi sandalnya.


Bijak sebelum membeli, sepenting apakah benda yang akan dibeli. Tidakkah masih bisa disubtitusi dengan benda yang sudah dimiliki.
Pastikan apapun yang dimiliki bukan sekadar ingin memuaskan diri sendiri
Pastikan apapun yang dimiliki bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat nanti
Pastikan apapun yang dimiliki untuk menambah poin pahala dari ilahi
Jangan kikir, merasa sepenuhnya memiliki padahal jika berkendak bagaimana pun caranya Allah bisa mengambill lagi
Ringanlah memberi manfaat kepada orang lain ketika berbagi
Jangan terpengaruh gaya hidup kapitalisme yang mengijinkan individu bebas memiliki
Merasa yang dimiliki semata kerja keras sendiri lupa dengan Allah Yang Memiliki Kekayaan dan Memberi Rezeki
Bersyukur kepada Allah yang memberi kenikmatan tiada henti


Pare, 29 Januari 2016

Monday 25 January 2016

Belajar Matematika



Memaklumi ketika tidak semua siswa suka matematika. Bahkan merasa sangat kesulitan.

Namun tetap ada yang suka dan selalu bisa. Maka ketika ada kompetisi maupun olimpiade Matematika selalu menawarkan terlebih dahulu, mau ikut atau tidak, siap belajar atau tidak. Memang kompetisi tingkat MI/SD namun soalnya sudah setara pelajaran SMP bahkan SMA. Belajarnya harus lebih ekstra. Dan materi dasar tentang operasi hitung bilangan (asli, bulat, pecahan, kuadrat, pangkat tiga) harus sudah benar-benar menguasai.

Terkadang merasa kasihan, harus belajar lebih daripada siswa lain. Namun, yang penting mereka menikmati, belajar dibuat santai, dan menyenangkan insya Allah tidak masalah. Tidak apa-apa, mumpung masih bisa berpikir dimanfaatkan untuk menyimpan informasi yang baik. Daripada dibuat mikir hal lain yang bukan berupa ilmu. Belajar meraih prestasi meski tidak selalu berhasil, paling tidak sudah berusaha.

Jadi, selama itu sebuah kebaikan jalani saja




Menuju babak semi final Kompetisi Matematika Nalaria Realistik 11
Jombang, 31 Januari 2016 di Gedung FE UNHASY
Latihan soal kelas 3 dan 4 klik  di sini pdf atau di sini Ms word


Pare, 25 Januari 2016

Friday 22 January 2016

Cinta Dan Benci Karena Allah




Cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya.

Hadits  dari  Abû  Hurairah  yang  dikeluarkan  oleh  Muslim berkata, Rasulullah saw. bersabda:
Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga  kalian  saling  mencintai.  Tidakkah  (kalian  suka)  aku tunjukkan pada satu perkara, jika kalian melakukannya niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian

Hadits dari Abdullah bin Mas’ud yang disepakati oleh al-Bukhâri dan Muslim, beliau berkata:
Seseorang datang kepada  Rasulullah  saw.  dan berkata, “Wahai Rasulullah saw.,  bagaimana  pendapatmu  tentang seorang yang mencintai suatu kaum tapi tidak mampu menyusul (amal shaleh) mereka?”  Maka  Rasulullah  saw.  bersabda,  “Seseorang  akan bersama orang yang dicintainya.”

Beberapa hal terkait kecintaan seorang muslim kepada saudaranya :

  •  Disunahkan orang yang mencintai saudaranya karena Allah untuk mengabari dan memberitahukan cintanya      kepadanya.
  •  Disunahkan bagi yang saling mencintai karena Allah agar mendoakan saudara yang dicintainya di saat   tidak bersamanya.
  •   Begitu juga disunahkan meminta doa dari saudaranya.
  •  Termasuk perkara  yang  disunahkan  adalah  menziarahi orang  yang  dicintai,  duduk  bersamanya,  saling  menjalin persaudaraan, dan saling memberi karena Allah, setelah mencintaiNya
  •    Senantiasa berusaha membantu kebutuhan saudaranya dan bersungguh-sungguh  menghilangkan  kesusahannya
  •   Disunahkan  menemui  orang  yang  dicintai  dengan
  •  Menampakan perkara yang disukainya untuk menggembirakannya.
  •    Disunahkan  seorang  muslim  menemui saudaranya dengan wajah yang berseri-seri
  •      Disunahkan seorang muslim memberikan hadiah kepada saudaranya
  •  Orang yang diberi hadiah disunahkan menerima hadiah yang diberi saudaranya danmembalasnya. Hadiah  ini  adalah  hadiah  di  antar a  orang- or ang  yang bersaudara.  Tidak  ada  kaitannya  dengan  hadiah  dari  rakyat kepada penguasa. Karena hadiah kepada penguasa diharamkan sebagaimana  halnya  suap-menyuap.
  •   Di  antara  perkara  yang  disunahkan  adalah  membela saudaranya  untuk  mendapatkan  kemanfaatan  dari  suatu kebaikan  atau  untuk  memberikan  kemudahan  dari  suatu kesulitan.
 Allah juga telah mewajibkan seorang muslim menerima permintaan  maaf  saudaranya,  menjaga  rahasianya,  dan menasihatinya.

Adapun benci karena Allah, maka Allah Swt. telah melarang kaum Muslim mencintai orang-orang kafir, munafik, dan fasik yang terang-terangan melakukan maksiat. Hal ini berdasarkan Firman Allah:

Hai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (TQS. Mumtahanah [60]: 1)

Tentang Cinta dan Benci Karena Allah bisa dibaca secara lengkap di Buku Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah ( bisa baca / download di sini). Disertai dengan dalil dan penjelasan. Lebih utama lagi jika dikaji dalam forum bersama guru.

Semoga senantiasa menjadi pengingat, agar hati tidak mengeras dan membaja, menempatkan benci dan cinta sesuai syariat. Amin

Pare, 22 Januari 2016

Tuesday 19 January 2016

Mad Far’iy, Gharib-Musykilat, Sharaf dan Khilafah




Sejak dahulu ketika belajar tajwid lebih sering diawali dengan hukum nun sukun dan tanwin, sampai ke hukum mim sukun saja sudah merasa jauh, Alhamdulillah bisa sampai ke ikhfa’ syafawi. Setelah itu tidak istiqamah, berhenti. Mulai lagi, dapat materi yang sama lagi, berhenti lagi. Hukum mad pun paling-paling sebatas mad thabi’iy. Jadilah asing dengan hukum seputar mad far’iy, apalagi dengan bacaan gharib dan musykilat. Akhirnya wajar menganggap bacaan gharib itu sangat asing dan musykilat itu sangat sulit.

Sejak dahulu ketika belajar id bahasa Arab selalu dimulai dengan pembagian kalam. Pembahasan isim ya selalu diawali dengan berdasarkan jumlah benda, berdasarkan jenisnya, baku atau tidak. Pembahasan huruf paling-paling muter saja di huruf jar dan amil jar. Pembahasan fi’il berhenti pada fi’il tsulatsi mujarrad, pusing dan ga nyambung ketika masuk tsulatsi mazid. Tidak sanggup dengan hafalan wazan yang semakin mirip dan membingungkan. Belum dapat nahwu sudah herhenti belajar bahasa Arab. Kenal I’rab saja sudah luar biasa.

Sejak dahulu kajian kitab fikih mulai dari thaharah. Macam-macam air, najis, sampai mandi wajib saja Alhamdulillah. Jarang sampai bab mua’amalah, paling-paling langsung loncat ke bab jenazah. Bab uqubat sering belum tersampaikan. Jamaah kajian semakin berkurang. Dan akhirnya berhenti total.  Bagaimana mau sampai ke bab khilafah yang seringkali babnya di dalam kitab fikih diletakkan di belakang. Jadilah beranggapan pembahasan khilafah dianggap sebagai materi tingkat tinggi.

Itulah nasib jika kurang istiqamah dalam belajar. Ilmunya nambahnya sedikit-sedikit. Jika tidak ikhlas ya akan merasa tidak nambah karena ketika mengulang memang itu-itu saja yang dipelajari. Sudah gitu maunya belajar cara cepat.  Sehari lancar membaca Alquran, satu jam mengharakati kitab gundul, training sehari keislaman. Dan setelah itu merasa puas.

Karena muridnya tidak istiqamah, akhirnya guru mengajarnya juga mulai dari itu-itu saja. Belum sampai selesai muridnya sudah menyusut dan akhirnya menghilang. Jadilah motivasi menambah bahan ajar berkurang, karena ketika majelis dimulai lagi yang semangat sebagian kecil murid lama dan sebagian besar murid baru, materinya pun diputuskan mulai dari awal lagi. Terus saja berulang.

Begitulah, disaat pemikiran kapitalis sekuler mendominasi akhirnya dunia dan materi menjadi orientasi. Ilmu agama dianggap tidak bermanfaat dan bernilai. Apalagi dengan opini terorisme, radikalisme yang  diidentikkan dengan orang-orang yang mengkaji Islam secara intensif. Sikap radikal sering dikaitkan dengan keinginan untuk terikat pada hukum Islam secara kaffah dan semangat untuk menerapkannya dalam semua lini kehidupan. Belajar Islam pun dianggap semakin menakutkan. Tidak perlu fanatik, tidak perlu neko-neko. Dan taraf berfikir umat pun tidak akan meningkat. Diajak bangkit pun sangat sulit, merasa cukup dengan ilmu dan kondisi yang dimiliki. Bergembiralah musuh Islam, yang sadar bahwa umat Islam tidak akan berbahaya selama mereka jauh dari hukum Islam.

Jadi istiqamah saja ketika sudah berazzam untuk belajar. Baik itu terkait dengan ilmu diri sendiri, muamalah, maupun sistem yang lebih luas lagi. Jangan buru-buru menganggap tajwid, bahasa Arab itu sulit. Menganggap khilafah itu utopis. Belajar intensif tentang khilafah saja belum, sudah mengatakan khilafah itu sistem yang tidak layak diterapkan. Mari bersama menjaga keistiqamahan dalam kebaikan. Tidak bosan saling mengingatkan dalam kebaikan. 

Pare, 19 Januari 2016