Wednesday 26 November 2014

Abu Thalib dan Ali bin Abi Thalib



Ali itu anaknya Abu Thalib maka nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib. 

Dulu waktu SD sempat bingung antara Abu Thalib dengan Abi Thalib. Tulisannya kok tidak sama, apa mungkin orangnya juga tidak sama, kalau dalam nama Indonesia Sita dan Siti atau Ana dan Ani ya orangnya tidak sama. Tapi dulu hanya menduga mungkin salah ketik. Itu saja.

Padahal ternyata bukan karena salah ketik. Karena I’rabnya memang tidak sama Abu = rafa’, Abi = Jer

Memang ini bukan materi dasar dalam nahwu tapi lagi ingin nulis tentang ini.

Dalam bahasa Arab ada 5 isim yang biasa disebut dengan al asmaul khamsah ( الأسماء الخمسة )


 Berikut ini contoh penulisan Abu yang berbeda :



Para sahabat yang tidak memiliki kesibukan dagang diantaranya adalah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Ali bin Abi Thalib dan yang lainnya, menggarap lahan petanian di kebun-kebun pemberian kaum Anshar.
Setelah hijrah ke Madinah, para sahabat tidak santai-santai. Mereka langsung kerja…kerja…kerja. Abdurrahman bin Auf berdagang di pasar dan yang tidak berdagang salah satunya Abu Bakar, beliau menggarap kebun pemberian kaum Anshar (Ad daulah al islamiyyah bab membangun masyarakat di Madinah)
2. Nashab 
 

Abu Bakar mengajak Fanhash masukIslam tapi ditolak Fanhash dengan berkata buruk.
Fanhash  menolaknya  dengan mengatakan, “Demi Allah, wahai Abu Bakar, kami tidak fakir di sisi Allah, Dialah yang benar-benar fakir di sisi kami. Kami tidak tunduk kepadaNya sebagaimana Dia tunduk kepada kami. Sesungguhnya kami benarbenar  tidak  membutuhkan-Nya,  Dialah  yang  membutuhkan  kami. Seandainya Dia tidak membutuhkan kami, tentu Dia tidak akan meminjam harta kami sebagaimana yang diyakini oleh sahabatmu. Dia melarang kalian dari riba dan memberikannya kepada kami. Seandainya Dia tidak butuh kami, tentu Dia tidak memberikan riba kepada  kami.”Fanhash berkata seperti ini dengan merujuk firman-Nya:
“Siapa saja yang memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik,  maka  Allah  akan  melipat  gandakannya  kepadanya dengan pelipatan yang sangat banyak.” (TQS. al-Baqarah[2]: 245)
Gara- gara  Fanhash ( di terjemah Sirah Ibnu Hisyam Finhash ) ngomong ini, Abu Bakar marah besar. Wajah Fanhash dipukul, padahal semua orang tahu, Abu bakar itu sabar, tenang, halus akhlaknya, santun dan lemah lembut. Bagaimana tidak marah, Fanhash mengolok-ngolok Allah ( Ad daulah al islamiyyah, bab polemic dengan Yahudi dan Nasrani)
Jadi ingat kelakuannya mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan spanduknya “ Tuhan telah membusuk”. Harusnya umat Islam tidak membiarkan begitu saja, memahamkan, mencegah perilaku liberal semacam itu. 

3. Jer



Imam al-Bukhâri telah  mengeluarkan  dari  al-Bara  dari  Abû  Bakar,  ia  berkata, …”kemudian  kami  pun  berangkat  dan  orang-orang  mencari kami….”
Orang Qurasy berusaha sekuat tenaga menghalangi hijrah Rasulullah, sebagaimana diceritakan dalam hadits dari Abu Bakar ( Pilar2 pengokoh nafsiyah islamiyah bab konsisten dalam kebenaran)
Semua contoh di atas kata   أبو – أبا – أبي  juga mudhaf sehingga kata setelahnya menjadi mudhafun ilaih , maka semuanya بَكْرٍ  .
Jadi kalo kita menjumpai dalam terjemah bahasa Indonesia jika konsisten memang bisa jadi ditulis Abu, Aba atau Abi ( Bakar). Tulisannya berbeda tapi orang yang dimaksud sama, hanya kedudukan dalam kalimat berbeda sehingga huruf/harakat terakhir tidak sama.
Untuk asmaulkhamsah ini, penulisan dalam kitab meskipun tidak ada harakatnya sudah memperlihatkan I’rabnya. Karena selalu rafa’ dengan wawu, nashab dengan alif dan jer dengan ya’. Jadi tidak perlu bingung, tinggal berpikir kalo rafa’ maka jabatan dalam kalimat ini, kalo nashab itu dst (padahal masih panjang penjelasannya…)

Wednesday 19 November 2014

Menulis

Pertama kali membuat blog ini termovitasi dari training menulis. Awalnya semangat, tapi lama-kelamaan malas menulis.
Memang belum bisa mengikat ilmu dengan menulis ( bagaimana mengikat ilmu, ilmu yang mau diikat saja belum ada).
Tapi setidaknya menuliskan pengalaman. Untuk mengingat, untuk mengambil hikmah sebuah peristiwa, dan untuk latihan menulis.
Dan alhamdulillah tulisanku ada di buku ini, benar-benar buku. Bukan tulisan opinii yang dimuat di media cetak maupun elektronik. 

Pengalaman menyampaikan sesuatu yang hanya seujung kuku saja.
Belum seperti perjuangan Rasulullah saw dan para sahabatnya, tapi setidaknya bisa mengingatkan diri ini pernah berinteraksi dengan masyarakat. Semoga menjadi pengingat agar tetap istiqamah.
Pengalaman bersama tim majelis taklim
Pengalaman kontak langsung dengan masyarakat
Pengalaman mengisi radio
Pengalaman mengajukan proposal ke radio
Dll

Friday 14 November 2014

Operasi Hitung Campuran Bilangan Pecahan

Tersimpan  1 juni 2012
Lagi trend sinetron dengan tokoh remaja yang selalu pake seragam, setting tempat hampir selalu di sekolah tapi sama sekali tidak mencerminkan aktivitas di sekolah.

Sebuah soal matematika kelas 6

Untuk anak pandai dengan kemampuan tinggi, soal yang sangat mudah. Tidak ada satu menit sudah selesai. Namun realitanya, dalam satu kelas selalu ada yang kemampuannya biasa-biasa saja. Bahkan sangat dibawah biasa.
Ketika menjelaskan cara pengerjaan soal tersebut untuk cara biasa normal tidak patas akan ada banyak pendahuluan agar mereka merasa mudah(jika kemampuan anak di atas rata-rata cukup pakai trik cepat )
Setidaknya langkah-langkah agar siswa paham harus melalui penjelasan :
  1.   Mengingatkan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu karena operasi hitung campuran
  2.  Definisi pecahan, mana pembilang mana penyebut (karena ada penjumlahan penyebut berbeda maka harus disamakan penyebutnya, jika guru bilang samakan penyebutnya, anak yang pelupa akan terus bertanya penyebut itu yang atas atau yang bawah , jadi antisipasi sebelum pertanyaan itu muncul lebih baik dijelaskan terlebih dahulu ).  Padahal pecahan adalah pelajaran kelas 3. Sekali lagi untuk anak yang kemampuannya biasa meski mereka dulu pernah bisa karena sudah lama, didukung sistem pendidikan yang tidak baik plus gempuran godaan dari luar hilanglah materi itu dari ingatan mereka
  3. Mengulang materi pecahan campuran karena dalam soal ada pecahan campuran. Memang ada cara pintas dengan menyimpan dulu bilangan bulatnya, tapi ini jalur tidak aman, karena jika hasil akhir pembilang lebih besar dari penyebut harus dijadikan pecahan campuran lagi, jika kelupaan bilangan bulat yang sebelumnya tidak dioperasikan bisa fatal. Bikin siswa tambah bingung, makanya lebih aman pake cara biasa namun membuat mereka paham
  4. Menyamakan penyebut pun tidak cukup dengan mengalikan penyebutnya, karena selalu yang diminta adalah jawaban yang paling sederhana. Jadi harus mengulangi materi KPK agar diperoleh penyebut yang paling kecil
  5. Mengulang materi pembagian bilangan pecahan
  6. Ketika hasil akhir didapatkan pecahan biasa dengan pembilang lebih besar maka harus kembali mengingatkan cara mengubah pecahan campuran  dari pecahan biasa. Dan sekali lagi jawaban yang diminta adalah jawaban paling sederhana. Untuk menyederhanakan pecahan agar diperoleh hasil yang paling sederhana adalah dengan membagi pembilang dan penyebut dengan FPB
  7. Untuk mengingat materi KPK dan FPB, mengulangi materi bilangan prima dan faktorisasi prima
  8. Jika masih lemah pembagian dan perkalian bisa-bisa mengulang lagi dari nol.
Sungguh langkah panjang hanya demi satu soal yang seringkali keluar dalam ujian akhir sekolah.
Mungkin ada yang enteng bilang  “ Gitu kok bisa naik kelas 6 ? “  Ah tak semudah mengucapkan cemoohan seperti itu. Ya benginilah sistem pendidikan di negeri ini. Lebih sering melihat hasil evaluasi akhir daripada melihat proses pembelajaran. Mengejar KKM pun tak kenal cara. Yang penting nilai di atas KKM sudah beres. 

Tapi tulisan ini  bukan  membahas lebih jauh tentang cara cepat mengerjakan soal atau trik belajar matematika menyenangkan.

Ulasan untuk membuktikan “jalan panjang” perjuangan  membuat siswa paham dan bisa mengerjakan soal. Memahamkan siswa yang kemampuannya pas-pasan, tetapi mereka tetap berhak mendapatkan penjelasan rinci  (terkadang guru tidak peduli, yang penting siswa pintar sudah ngerti lanjut ke materi berikutnya)

Sebuah jalan panjang yang harus dilalui karena kualitas siswa sangat mengenaskan ( btw, pernah juga menjelaskan matematika dasar ke anak SMA , naudzubillah bikin geleng-geleng kepala lha pelajarane ditaruh mana kok materi dasar blas ga iso ?????)

Tak bisa hanya menyalahkan mereka.
Ironis  remaja/siswa  sekarang hidup dalam kualitas yang rendah.
Soal sederhana sama sekali tak bisa tapi begitu menikmati euforia dunia hiburan
Soal begitu mudah  sama sekali tak mengerti tapi begitu enjoy dengan dunia selebriti pujaan hati


Geram  ketika dengan soknya para perusak generasi beraksi
Para “pencari bakat” seolah beraksi bak pahlawan membuat remaja berprestasi, namun sejatinya mereka merusak generasi.

Dan hari ini untuk pertama kalinya, mendengar dari sebuah radio, boyband, dari suaranya sudah jelas personilnya masih kecil (mungkin malah belum baligh).
Benar, ketika berhasil dapat profil personilnya dari 4 personil 3 orang masih SD.
Mirisnya lagi syair lagunya sungguh tak pantas dan berisi ajakan yang mengantarkan pada kemaksiatan.
So baby please be mine
Please be mine oh mine
Eeeaaa....

Ditutup dengan

Ini lagu gombal untuk mendapatkanmu

Seperti biasa lagu-lagu seperti ini akan menjadi favorit anak-anak yang menginjak remaja
Dan rasanya hati ini begitu sakit ketika mereka tanpa rasa bersalah bangga bisa menyanyikan lagu-lagu tak bermutu tapi begitu berat mengahafal materi pelajaran
Begitu banyak pelajaran yang harus diberikan namun begitu mudahnya itu semua hilang dari ingatan ketika sampah-sampah tak bermanfaat menjejali memori anak.

Tak terpikirkah kualitas generasi jika ini terus dibiarkan terjadi ?
Kecil-kecil sudah mengajak maksiat
Kecil-kecil sudah menjadi selebritis murahan
(selebritis mahal itu yang terkenal karena prestasi nyata : akhlak mulia, dikenal taat, hobi amar ma’ruf nahi munkar,  hafalan qur’annya hebat, tsaqofahnya segudang, prestasi akademik luar biasa ^_^ )
Kecil-kecil sudah menjadi inspirator aktivitas tak berkualitas (artis)

Beginilah
ketika kebebasan berekspresi dijunjung tinggi
ketika  kebahagiaan distandarkan pada materi
ketika dunia semata-mata menjadi orientasi
ketika kehidupan didasarkan pada aturan kapitalis sekuler liberal kental dengan  demokrasi

Semoga bisa mengingatkan, apa yang terjadi saat ini harus diubah. Tak boleh didiamkan jika masih berharap generasi yang akan datang bukan generasi rusak bermasa depan suram.
Tidak bertumpu pada perubahan parsial, berharap ganti penguasa bisa memperbaiki segalanya.
Belajar dan memahami system Khilafah sebagai satu-satunya alternative pengganti,
memperjuangkan tegaknya khilafah sampai mati.
#YukNgaji